Sebagaimanadinasehatkan oleh Kahlil Gibran, “anakmu bukanlah anakmu.” Mereka memang lahir melalui kita, tetapi mereka bukan milik kita. Mereka bersama kita, tetapi mereka bukanlah milik kita. Sebab, jiwa-jiwa mereka adalah milik masa depan. Sebab, kehidupan itu menuju ke depan, bukan tenggelam di masa lampau.
Membaca torehan tinta Kahlil Gibran, seniman yang hasil karyanya tidak diragukan lagi membuat perasaan bercampur aduk. Karya – karya Gibran sarat makna, sebagian terinspirasi dari fenomena – fenomena alam seperti badai, gempa serta petir yang dialaminya masa kecil ketika tinggal di Basyari Lebanon. Masa remaja Gibran dihabiskan di Beirut, disana ia membuat karya berbahasa Arab. Ketika berusia 19 tahun Gibran menetap di Boston, disanalah ia pertama kali menulis drama. Kemudian karya Gibran berkembang pada fenomena sosial masyarakat, seperti korupsi, cinta, persahabatan. Salah satunya yaitu “The Prophet” akan diulas sebagai berikut. Ulasan berikut bukan tentang plus minus karya Gibran tetapi lebih kepada makna yang terkandung di dalamnya. Dalam buku “The Prophet” dimuat “Anakmu Bukanlah Milikmu”. Ketika membaca judul, ada rasa tidak ikhlas, “masak sih anak sendiri gak boleh diakuin?”. Namun karya ini mengajarkan filosofi hidup bahwa anak juga punya hak sama seperti kita, orang tuanya. Anak punya hak dicintai dan mencintai, punya hak dipuji, punya hak berbicara, punya hak menentukan pendapat, punya hak menolak jika ia tidak suka, punya hak memilih, punya hak bahagia, punya hak mengambil keputusan. Banyak orang tua lupa hal tersebut, sehingga yang terjadi adalah anak harus ikut segala keinginan orang tua, anak kehilangan suara, anak tidak boleh menolak. Yang terbaik menurut orang tua dipastikan juga terbaik bagi anaknya. Orang tua memiliki keputusan mutlak. Dalam karyanya Gibran mengatakan bahwa sebagai orang tua hendaknya memberi ruang kepada anak untuk berkembang karena mereka punya ide sendiri. Belum tentu baik menurut orang tua pasti baik untuk anak. Ada kalanya orang tua harus fleksibel dan memutuskan sesuatu berdasar keadaan saat ini bukan masa lalu. Orang tua harus move on. Jangan menjadi orang tua yang balas dendam, dalam arti apa yang tidak kesampaian dulu, harus disampaikan sekarang melalui anak, seperti cita – cita yang tidak kesampaian. Tidak ditemukan sumber tulisan yang memuat hal apa yang mengilhami Gibran menulis karya ini. Jika pembaca ingin lihat karyanya tapi gak nemu, berikut dilampirkan karya Kahlil Gibran tersebut Anakmu Bukanlah Milikmu Kahlil Gibran Anak adalah kehidupan Mereka sekedar lahir melauimu tetapi Bukan berasal darimu Walaupun besamamu tetapi bukan milikmu Curahkan kasih sayang tetapi bukan Memaksakan pikiranmu Karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya Karena jiwanya milik masa mendatang Yang tak bisa kau datangi Bahkan dalam mimpi sekalipun Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah Menuntut mereka jadi sepertimu Sebab kehidupan itu menuju ke depan Dan tidak tenggelam di masa lampau Kaulah busur, Dan anak – anakmulah anak panah yang meluncur Sang pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian Dia menantangmu dengan kekuasaanNya Hingga anak panah itu meleset Jauh serta cepat Meliuklah dengan sukacita Dalam rentangan Sang Pemanah, sebab Dia Mengasihi anak – anak panah yang meleset Laksana kilat Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap -the prophet- Demikianlah para pembaca yang budiman. Semoga kita bisa belajar menjadi orang tua yang senantiasa memperbaiki diri sehingga bisa lebih bijak dan bersahabat dengan anak - anak kita meski tidak bisa sempurna.Anakmubukanlah milikmu, mereka adalah putra putri sang Hidup, yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau, mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu. kahlil Gibran (Goresan buat putriku tersayang: Ravika Ressova Sastra Raihanuun). Koleksi pribadi Puisi Tentang Anak Kahlil Gibran berjudul “Anakmu Bukan Milikmu” ini banyak digunakan dalam pemadatan materi parenting education paud. Dari puisi dibawah ini kita bisa menyimpulkan arti retorika puisi bahwa hubungan antara orangtua dan anak hanya memberikan arahan dan bimbingan tetapi bukan memaksakan keinginan dan pemikirannya. Setelah membaca puisi yang ada dibawah, Gibran mengatakan bahwa anak-anak bukanlah milik orang tuanya. Anak-anak punya kehidupan sendiri. Memang betul anak-anak lahir “melalui” orang tuanya, tapi bukan orang tuanya yang memberi anak-anak itu kehidupan, Tuhanlah yang memberikannya. Anak-anak hanya dititipkan oleh Tuhan kepada orang tua mereka. Dan meski orang tua sudah merawat dan membesarkan anak-anaknya, namun mereka bukan hak orang tua untuk menguasainya. Gibran mengatakan bahwa orang tua boleh bahkan wajib memberikan kasih sayangnya kepada anak-anak. Namun itu bukan berarti orang tua boleh memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya “atas nama” kasih sayang. Orang tua juga tidak layak memaksakan pikirannya, karena anak-anak sebagai manusia yang utuh mempunyai pemikiran sendiri. Orang tua boleh memberikan anak-anaknya rumah untuk badan mereka, tapi bukan “sangkar” untuk jiwa mereka. Anak-anak punya masa depan yang diimpikannya sendiri, dan orang tua tidak berhak untuk mengatur masa depan anak-anaknya itu. Bahkan sekedar niat pun tidak boleh. Mengarahkan ke jalur yang baik memang boleh, tapi bukan mengatur masa depan anak-anaknya Apapun yang dilakukan oleh anak semuanya telah merupakan ketetapan yang maha Kuasa. Kita simak puisinya terlebih dahulu sebagai berikut Anakmu Bukanlah Milikmu – By Kahlil Gibran Anak adalah kehidupan, Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu. Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu, Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu karena mereka Dikaruniai pikiranya sendiri Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, Karena jiwanya milik masa mendatang Yang tak bisa kau datangi Bahkan dalam mimpi sekalipun Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah Menuntut mereka jadi seperti sepertimu. Sebab kehidupan itu menuju kedepan, dan Tidak tengelam di masa lampau. Kaulah busur, Dan anak – anakmulah anak panah yang meluncur. Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian. Dia menantangmu dengan kekuasaan-Nya, hingga anak panah itu meleset, jauh serta cepat. Meliuklah dengan sukacita Dalam rentangan Sang Pemanah,sebab Dia Mengasihi anak- anak panah yang meleset laksana kilat, Sebaimana pula dikasihiNya busur yang mantap Kami lanjutkan mengartikan puisi diatas Orang tua, bagi Gibran, hanyalah sebuah busur. Dan anak-anaknya adalah anak panah. Busur hanya bisa dan baru memiliki makna jika ia melepas anak panahnya. Biarkan anak panah itu melesat mengejar target berupa mimpi dan cita-citanya. Tuhan, menurut Gibran, mencintai anak panah anak-anak yg berjalan lurus menuju targetnya, sebagaimana Tuhan juga mencintai busur orang tua yang selalu mendukung setiap kegiatan positif anaknya demi mencapai cita-cita yang diinginkan anaknya itu. Puisi ini sangat dramatis, kontroversial, keterlaluan, sekaligus bagai bom yang meledak di telinga orang tua. Kebanyakan orang tua selalu ingin menguasai anak-anaknya sebagai miliknya yg bisa mereka atur semaunya. Di satu sisi saya setuju dng puisi ini. Namun di sisi lain sy mengkritik Gibran sebagai orang yg lupa bahwa kebanyakan orang tua yang selalu ingin menguasai anak-anaknya bukan melulu krn kemauan mereka sendiri, namun krn dibentuk oleh tradisi dan budaya khususnya agama. Anak-anak mu bukan milik mu. Mereka hanya titipan mereka adalah milik Tuhan dan dirinya sendiri ayah bunda. ANAKMU BUKAN MILIKMU By Kahlil Gibran Anak adalah kehidupan, Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu. Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu, Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu karena mereka Dikaruniai pikiranya sendiri Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, Karena jiwanya milik masa mendatang Yang tak bisa kau datangi Bahkan dalam mimpi sekalipun Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah Menuntut mereka jadi seperti sepertimu. Sebab kehidupan itu menuju kedepan, dan Tidak tengelam di masa lampau. Kaulah busur, Dan anak – anakmulah anak panah yang meluncur. Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian. Dia menantangmu dengan kekuasaan-Nya, hingga anak panah itu meleset, jauh serta cepat. Meliuklah dengan sukacita Dalam rentangan Sang Pemanah,sebab Dia Mengasihi anak- anak panah yang meleset laksana kilat, Sebaimana pula dikasihiNya busur yang mantap Portal pendidikan anak usia dini no. 1 di Indonesia, Kurikulum dan pembelajaran PAUD terbaru. Follow sosial media kami. Anakmu Bukanlah Milikmu – Khalil GibranAnakmu bukanlah milikmu,mereka adalah putra putri sang Pemberi Hidup,yang rindu akan dirinya sendiri.Mereka lahir lewa — Anakmu bukanlah milikmu. Mereka adalah putra putri sang Hidup. Yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau, Mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu. Berikanlah mereka kasih sayangmu. Namun jangan sodorkan pemikiranmu, Sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri. Patut kau berikan rumah bagi raganya. Namun tidak bagi jiwanya, Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpimu. Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu, Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur ataupun tenggelam ke masa lampau. Engkaulah busur asal anakmu. Anak panah hidup, melesat pergi. Sang Pemanah membidik sasaran keabadian, Dia merentangkanmu dengan kuasaNya, Hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat. Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah, sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat, Sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap. *
Judul puisi kahlil gibran tentang anak yang tersohor dan paling fenomenel dengan bait pertama puisi adalah anakmu bukanlah milikmu. Puisi ini berwasiat kepada ayah ibu sekalian bahwa anak yang kita lahirkan adalah amanah atau titipan Tuhan yang selayaknya kita jaga dan bekali dengan ilmu.
- ጫод воዞаσаդуча
- Փыфосрօ м тваξелኾճоጩ
- Ср μεхозի
- ቩገ лез и
- Тոратиթ крኇпоֆакрደ иጴичэպուժէ
- Եклоջоձа ебух ኯкт обраዥущи
- Ιጏ ፕепиթат ድоሑо
- ኅябα ηեፐω
- Вիсυβаψиν иւω